Seri I: Workshop dan Tur - Dari Republikanisme Desa Menuju Kolonialisme Internal Jawa

Laboratorium Sejarah menyelenggarakan rangkaian Workshop dan Tur #darkhistory yang bertujuan untuk melawan ketidaktahuan dan menolak lupa. Untuk sesi pertama dibuka dengan tema “Dari Republikanisme Desa Menuju Kolonialisme Internal Jawa" yang telah terselenggara pada tanggal 24 Febuari 2024. Peserta yang berjumlah 33 orang dipandu oleh Kuncoro Hadi, staf pengajar Ilmu Sejarah UNY sekaligus pengkaji sejarah Mataram Islam. Total ada 7 situs yang dikunjungi untuk merangkai narasi sejarah mataram Islam alternatif yang menampilkan sisi gelap sejarah kerajaan Jawa berkaitan dengan suksesi pemerintahan maupun asmara.

Tur dimulai dengan workshop terkait benang merah antara satu situs dan situs lain yang membentuk benang merah sejarah Mataram Islam alternatif. Workshop ini didampingi oleh Kuncoro Hadi dan FX Domini Hera atau yang lebih dikenal dengan sapaan mas Sisco. Kunjungan pertama di mulai dari situs Warungboto yang merupakan satu dari tigas istana air yang ada di Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan mengunjungi makam Raja-Raja Mataram Islam Kotagede, untuk melihat cikal bakal munculnya politik di pedalaman Jawa. Peserta diwajibkan berganti pakaian khusus yang telah ditentukan oleh pihak Kraton Yogyakarta jika ingin masuk ke situs utama makam. Kunjungan selanjutnya adalah situs masjid kauman Plered untuk melihat sisa-sisa bangunan masjid yang sangat megah dan berasal dari batu bata putih. Ekskursi dilanjutkan ke situs bekas Kraton Kerta yang hanya berjarak 1,5 KM. Dalam situs tersebut, dapat dilihat konstruksi siti hinggil (atau tanah tinggi) yang kemudian menjadi ciri khas istana-istana kerajaan Mataram Islam bahkan hingga pasca Perjanjian Giyanti.

Lelah berjelajah, peserta Tur diajak menyicipi menu ndeso yaitu ayam suwir dan sayur gudeg mangir di Waroeng Ingkoeng Jawi Imogiri. Kuncoro Hadi menjelaskan secara ringan bahwa gudeg mangir merupakan bentuk perlawanan simbolis yang dilakukan oleh masyarakat pinggiran Mataram. Peserta Tur sejarah sangat menikmati jamuan makan siang dan bersemangat untuk melanjutkan ke situs selanjutnya yaitu makam Banyusumurup. Meskipun hujan rintik-rintik dan jalan yang becek, peserta Tur tetap mampu menyelesaikan misi kunjungan bahkan ikut mendoakan para penghuni makam yang dipandu oleh dua abdi dalem dari kraton Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Kunjungan ditutup dengan kunjungan ke makam Girilaya.