DOSEN BERKEGIATAN DI LUAR KAMPUS ILMU SEJARAH 2022

PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS BUDAYA LOKAL DI PUTON, TRIMULYO, JETIS, BANTUL, D.I Y0GYAKARTA

Dusun Puton, Trimulya, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul, Yogyakarta—yang mempunyai luas area kurang lebih 70 Ha dengan jumlah penduduk sebesar 1.284 jiwa dan 393 kepala keluarga (2019)—berupaya mengembangkan desa wisata dengan, salah satunya, rintisan desa budaya. Peraturan Bupati Bantul Nomor 136 Tahun 2020 menyebutkan desa budaya merupakan desa yang mengaktualisasikan, mengembangkan, dan mengkonversi kekayaan potensi budaya yang dimilikinya.

Masyarakat Puton memiliki potensi seni budaya seperti karawitan, wayang kulit atau pedhalangan, tari tradisional, gejog lesung, sholawatan, hadroh, dan beberapa potensi lainnya. Meski demikian, proses menuju desa budaya sekaligus desa wisata belum berjalan secara optimal. Bagaimanapun rintisan desa budaya di Puton menjadi penting untuk pengembangan desa wisata. Untuk itu, penguatan pelestarian objek budaya (seni tradisi)—dalam pentas budaya—menjadi titik perhatian program dosen berkegiatan di luar kampus ini agar Puton menjadi desa—lebih tepatnya dusun—wisata berkelanjutan (sustainable tourism)

Kegiatan program dosen berkegiatan di luar kampus prodi Ilmu Sejarah pertama di Puton dilakukan dengan dialog saat melakukan observasi serta melakukan FGD (ceramah dan diskusi) untuk pemetaan dan pendampingan dalam penyampaian materi serta strategi penguatan pelestariaan objek seni tradisi yang ada serta strategi pengembangan desa wisata berbasis budaya ini. Kegiatan dilaksanakan pada Maret-Mei 2022. Selepas itu, dorongan untuk pentas budaya, sebagai basis rintisan desa/dusun wisata Puton dilaksanakan pada Agustus 2022—bersamaan dengan perayaan hari kemerdekaan Indonesia—dengan melibatkan perangkat desa dan kapanewon Jetis Bantul, serta pelibatan Dinas Kebudayaan serta Pariwisata Bantul. Potensi budaya yang dipentaskan adalah karawitan, gejok lesung, macapatan,serta tari. Harapannya tentu saja promosi wisata budaya tingkat awal serta kesadaran pemangku kebijakan di tingkat kabupaten untuk turut mempromosikan budaya dusun Puton dan mampu menggerakkan wisata. Evaluasi dilakukaan setelah pentas budaya. Ada tiga poin penting dalam evaluasi: pertama, diperlukan latihan intensif dan pentas reguler untuk kesenian yang ada. Kedua, pentas bisa dilakukan di panggung terbuka di dekat “situs” Watu Ngelak dengan perbaikan infrastruktur. Ketiga, promosi dan kerjasama perlu terus dilakukan agar semakin banyak yang mengenal Puton sehingga kunjungan wisata semakin signifikan. Secara keseluruhan, keberhasilan pelaksanaan pelatihan didasarkan pada terlaksananya kegiatan pada waktu yang sudah direncanakan, terlaksananya semua program yang direncanakan, jumlah khalayak sasaran yang direncanakan juga tercapai, dan tujuan dari kegiatan ini tercapai dengan baik, yakni aktifnya masyarakat dalam proses identifikasi dan pemetaan potensi budaya, penguatan pelestarian budaya serta pengembangan desa wisata melalui terlaksananya kegiatan pelatihan dan pendampingan pentas budaya di Puton]

Pelaksanaan rintisan pengembangan desa/dusun wisata berbasis budaya di Puton telah mendorong masyarakat Puton untuk terus berkomitmen menggerakkan kegiatan budaya, tidak semata-mata untuk pelestarian budaya, tetapi mengembangkannya menjadi dasar tumbuhnya kepariwisataan di Puton. Tentu saja, dorongan pentas seni budaya di Puton yang telah dilakukan pada Agustus 2022 dan melibatkan perangkat desa, kapanewon hingga dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bantul, baru tahap awal kerjasama yang baik. Pokgiat desa budaya Puton sebagai mitra, bersama prodi Ilmu Sejarah UNY  terus bekerjasama untuk semakin mengimplementasikan kegiatan-kegiatan budaya lokal untuk pariwisata—dalam wujud promosi dan pengemasan—yang berkelanjutan.